Januari 24, 2012

PEMBURU KELAMIN

.
FREEZ
PEMBURU KELAMIN


..............................

KOMPASIANA.com

Suhandayana

24 January 2012 00:08:01


PERDEBATAN hegemoni kelamin, bukan hanya agenda para ketua suku female, isu hangat dari simpatisan dan ahli bedah kelamin, atau waham parah pengidap obsesif hetero seksual. Sublimasi-sosial karakter kelamin pun bisa menyeruak rancu dalam percakapan awam. Begini:

Istri para buruh rokok memarahi nasib: “Pak’e, jangan bakar-bakar duit melulu … merokok terussss, yaa??!”

Suami para perempuan pekerja kebun tembakau, menghela harapan: “Ada apa dengan merokok …? Di sekitar kebun tembakau, pabrik rokok, dan meja cukai belum cukup tersedia pekerjaan layak untuk pengganti nafkah para jutaan buruhnya ….”

Sementara, di antara banyak orang awam, termasuk wadam, bencong, banci, homo, lesbi yang telah berani mengabaikan hikmah di balik khasiat ‘daun-emas’, masih tersisih beberapa peneliti-diri. Para insan sahaja, yang masih tawadu’ pada awal-kejadian alam.



Pemburu Kelamin, sketsa kolaborasi © 2012 Danik Ind & Suhandayana 




Diam-diam mereka mendialog semesta-raya; meniti jagat makro (alur towaf) di luar diri … ke jagat cilik (sunyi) diri sendiri. Perlahan, menguak pangkal peta-sadar-diri, berangsur-angsur kian ke ujung erti: “Benar(kah?) Adam, sang pewaris nama-nama, mempunyai pusar. Kalau benar, untuk apa tali-pusar jika ia tak (ber-bapak dan) ber-ibu? Jika, salah, mengapa sistim pusar diturunkan (derivasi) bagi seluruh umat manusia sempurna? Jika, aku tak suka mengelola ‘benar’ lawan ’salah’, kenapa tak aku raba ke mana jalur tali-pusarku ke atas (surga) keng ibu, ibunya ibu, ibunya nenek, dst? Jangan-jangan tali itu terputus? Lalukah, aku turunan (bukan dari) jin?”

Ketika pembaca pada tidur memanfaatkan malam (: istirahat berbeda dengan tidur), suara lirih turun bersama embun. “Ada nama (pusar) pasti ada asal-usul wujud yang dinamai (pusar),” beberapa insan itu mengulang kata yang sama, sambil bergegas membaca tanda, memutar kunci sandi.

Tak disia-sia segenggam waktu yang tersisa antara selisih dua atau tiga nafas sendiri-sendiri. Mereka merambah dunia sebab-musabab, agar segera tau diri, bahwa dalam hidup dan kehidupan lebih dari sekedar berkelamin. Namun, mulai kapan ada kelamin juga menuntut perhatian.

Malam membuka siang, siang merahasiakan malam. Suara lembut masih menebar cahaya: “… tidak beranak dan tidak diperanakkan ….” Satu per satu anak kunci sandi jatuh menikmatkan, mencerdaskan!

...................




ikuti kolaborasi tulisan kreatif ...





.